TEORI-TEORI DARI BUKU “A READER’S GUIDE TO CONTEMPORARY LITERARY THEORY” -->

TEORI-TEORI DARI BUKU “A READER’S GUIDE TO CONTEMPORARY LITERARY THEORY”

Tuesday, August 13, 2019, August 13, 2019


Assalamualaikum, pada artikel ini kami akan menjelaskan sedikit tentang teori-teori dari buku “A Reader’s Guide To Contemporary Literary Theory” dari Raman Selden. Dengan adanya artikel ini mudah-mudahan bisa membantu bagi kawan yang sedang mencari teori-teori tentang kesastraan.

1. New Criticism, moral formalism and F. R. Leavis

Merupakan aliran kritik sastra di Amerika Serikat yang berkembang antara tahun 1920-1970. Titik pusat dari kaum ini adalah menuntut mereka untuk memperlakukan kesusastraan sebagai satu pemakaian bahasa yang khas yang mencapai perwujudannya lewat deviasi dan distorsi dari bahasa praktis. Analisis seorang formalis akan tertarik perhatiannya pada impuls. Kaum formalis menekankan bahwa mereka tidak seperti penyair-penyair romantik, mereka tidak begitu tertarik terhadap persepsi-persepsi mereka sendiri yang pada hakikatnya merupakan sarana-sarana yang menghasilkan efek “defamiliarisasi”.

2. Russian formalism and the Bakhtin School

Formalisme rusia adalah perintis bagi analisis yang diarahkan sesuatu yang terdapat dalam teks.  Formalisme rusia didirikan pada tahun 1995 oleh kaum linguis moskow, tokoh utamanya adalah Roman Jakobson, Victor Sklovskij, Boris Eikembaum, dan Boris Tomoshevsky. Bagi kaum formalis menjadikan kesastraan sebagai suatu penggunaan bahasa yang khusus yang memperoleh perwujudannya melalui penyimpangan dan pemutarbalikan dari bahasa yang mudah dan senang memakainya atau praktis. Dalam formalism Rusia diharapkan   mampu meningkatkan kemampuan pembaca dalam membaca, memahami, dan mengkritik teks-teks sastra dengan cara yang sesuai dengan sifat-sifat sastranya. Sedangkan Bakhtin school atau Aliran Bakhtin adalah penggabungan antara formalisme dan marxisme dalam cara yang berhasil. Aliran bakhtin tidak tertarik terdapat linguistik yang bersifat abstrak yang kemudian membentuk dasar strukturalisme.

3. Reader-oriented theories

Menurut Stanley Fish, kritikus Amerika mengenai kesusastraan Inggris abad ketujuh belas, telah memperkembangkan suatu perspektif berorientasi kepada pembaca yang disebut dengan stilistika efektif. Teori ini berpusat pada penyesuaian-penyesuaian harapan yang dibuat oleh para pembaca ketika mereka membaca teks yang panjang, tetapi ia mempertimbangkan hal ini pada tingkat rangkaian kalimat. Ia memisahkan pendekatannya dengan sangat sadar diri semua jenis formalisme dengan menolak bahasa sastra pada suatu status tertentu.

4. Structuralist theories

Strukturalisme yaitu paham tentang unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan cara kerja  antar hubungannya, di satu bagian antarhubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, di dibagian yang lain hubungan antara unsur (unsur) dengan totalitasnya atau keseluruhannya. Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman, tetapi juga negatif, seperti konflik dan pertentangan. Istilah struktur sering dikacaukan dengan sistem. Definisi dan ciri-ciri sruktur sering disamakan dengan definisi dan ciri-ciri sistem.

5. Marxist theories

Teori ini sejarah yang terpanjang dan dianggap sebagai suatu fenomena pada abad kedua puluh. Prinsip-prinsip dasar marxisme tidak lebih mudah diringkaskan ketimbang doktrin-doktrin kristiani yang esensial. Marxist theories adalah hasil-hasil keberadaan kemasyarakatan dan keekonomian. Hukum bukanlah perwujudan murni manusia atau Tuhan, tetapi cerminan kepentingan-kepentingan kelas yang dominan. 

6. Feminist theories

Feminisme adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh kaum perempuan dengan tuntutan yaitu persamaan derajat dengan kaum laki-laki. Teori feminisme mengangkat isu gender, khususnya tentang perempuan sebagai kajian utama. berdasarkan sejarahnya, teori feminis ini secara konstan berpikiran kritis terhadap tatanan kehidupan sosial. Teori feminis tujuannya adalah untuk menghilangkan kekuasaan dan batas-batas pembagian kekuasaan itu. Kekuasaan itu adalah penggolongan kelas atau status berdasarkan jenis kelamin

7. Poststructuralist theories

Post-structuralism merupakan suatu perspektif yang sifatnya plural dan lebih berfokus untuk memberikan kritik. fokus utama post-structuralism adalah bahasa, Bahasa yang merupakan hal penting dalam berkomunikasi sangat diperlukan dalam mengabstraksikan, mengintepretasi, dan merepresentasikan setiap kegiatan dalam politik internasional, termasuk hasil diskusi yang dilakukan.

8. Postmodernist theories

Postmodernist theories merupakan akibat ketidakmampuan modernisme dalam menaggulangi kepuasan masyarakat, yaitu berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan masalah sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan pada umumnya. postmodernisme dianggap menawarkan konsep apasaja bisa tejadi, Postmodern juga dituduh terlalu sempit, tidak membangun, misalnya, dianggap sebagai konsep yang menghancurkan segala sesuatu yang sudah ada.

9. Postcolonialist theories

Teori yang lahir sesudah kebanyakan negara-negara terjajah yang memperoleh kemerdekaannya. Secara umum teori postkolonialisme sangat sesuai dalam hubungannya dengan kritik lintas budaya dan sekaligus wacana yang dimunculkannya. postkolonialisme menaruh perhatian untuk menganalisis era kolonial. Inti dari teori ini adalah perlawanan terhadap penjajah, dengan kata lain adanya konsep penindas dan yang ditindas

10. Gay, lesbian and queer theories

Kemunculan Gerakan Pembebasan Gay bisa ditelusuri ke kerusuhan Stonewall di New York pada tahun 1969 ketika penghuni bar gay menolak serangan polisi.
Teori semacam ini meminjam teknik dari budaya puisi dan mengeksplorasi hubungan antara budaya , sejarah dan teks dalam semakin dipolitisasi versi studi sastra. Queer Theory adalah suatu teori tentang homoseks yang mengemukakan bahwa orientasi seksual tidak hanya dilihat dari salah satu aspek saja, seperti gender (maskulin/feminim) atau sex (pria/wanita). Orientasi seksual menggunakan kedua aspek tersebut untuk mengidentifikasi seseorang. Focus dari teori ini adalah kerelaan identitas dimana seseorang tidak dapat dipandang hanya secara fisik saja, tetapi juga dilihat dari segi psikis.

Lihat Juga

TerPopuler